Polinela, Rabu (07/05/2025). Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) menggelar kegiatan pendampingan kelembagaan ekonomi produktif yang berlangsung di Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga 1, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN Indonesia Power UPTD Bandar Lampung dengan Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Polinela serta Yayasan Surga Tani/emak.id sebuah komunitas yang aktif dalam pengembangan bank sampah di Bandar Lampung.
Ketua Tim PKM Polinela, Fitriani, menyampaikan bahwa kegiatan pada tahun kedua ini (2024) difokuskan pada penguatan kelembagaan sebagai entitas ekonomi produktif. “Setelah sebelumnya pada tahun pertama (2023) fokus pada aspek kelembagaan sosial, tahun ini kami berupaya membentuk fondasi kelembagaan ekonomi yang berkelanjutan bagi KWT Kenanga 1,” ujar Fitriani.
Tim PKM Polinela terdiri atas dosen dari Program Studi Agribisnis Pangan dan Teknik Sumberdaya Lahan dan Lingkungan (TSL), teknisi, serta empat orang mahasiswa yang aktif mendampingi kegiatan di lapangan.
Pendampingan dilakukan secara simultan melalui beberapa pendekatan, antara lain:
- Teknologi pengelolaan lahan pekarangan berkelanjutan (biopori dan komposting);
- Pemanfaatan pekarangan untuk budidaya tanaman sayuran dan buah naga melalui pembuatan demplot;
- Demonstrasi pengemasan dan peningkatan nilai tambah produk pangan; dan
- Pelatihan promosi dan pemasaran digital berbasis media sosial.
Kegiatan hari itu diawali dengan pemaparan dari Arlina Phelia, M.T. (Dosen Prodi TSL), yang menekankan pentingnya pengelolaan lahan pekarangan dengan metode biopori dan komposting. “Pekarangan bukan hanya ruang kosong, tapi berperan penting dalam menjaga lingkungan, mencegah banjir, mengurangi limbah rumah tangga, dan menghasilkan kompos yang menyuburkan tanah,” terang Arlina.
Sesi berikutnya diisi oleh Dayang Berliana, M.Si. (Koordinator Prodi Agribisnis Pangan), yang memberikan pelatihan langsung tentang teknik pengemasan produk olahan pangan dan produk segar. Ia juga menjelaskan strategi pemasaran digital menggunakan platform yang mudah diakses seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook.
“Pengemasan adalah jembatan antara produk dan konsumen. Kemasan yang menarik bukan hanya melindungi produk, tapi juga menjualnya. Sementara pemasaran digital memberikan ruang luas untuk menjangkau pasar tanpa batas,” papar Dayang.
Sebagai bagian dari benchmarking, peserta juga diperkenalkan pada dua model pemberdayaan ekonomi masyarakat, yaitu Komunitas Pasar Yosomulyo Payungi di Metro dan pelaku usaha buah naga di Kampung Rumbia, Lampung Tengah yang memanfaatkan teknologi lampu listrik untuk penyerbukan.
Antusiasme peserta terlihat jelas. Ketua KWT Kenanga 1, Ibu Watini, menyambut baik kegiatan ini dan telah merencanakan tindak lanjut berupa pameran hasil panen sayuran demplot pada kegiatan Posyandu 10 Mei 2025. Sementara itu, peserta aktif seperti Novi dan Dahlya juga turut mempersiapkan pengemasan produk untuk ditampilkan dalam kegiatan tersebut.
Semangat ibu-ibu KWT dalam mengelola pekarangan menjadi sumber pendapatan keluarga memperlihatkan potensi besar pemberdayaan perempuan berbasis lingkungan. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama dan makan siang bersama seluruh peserta dan tim pendamping.