Mengobati Krisis Kolaborasi pada Pendidikan Vokasi dengan Merdeka Belajar
Artikel

Artikel : Mengobati Krisis Kolaborasi pada Pendidikan Vokasi dengan Merdeka Belajar

Bandar Lampung (SDKS-Kehumasan) : Bonus demografi atau periode dimana populasi usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, untuk dapat memanfaatkan potensi ini secara maksimal, perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berdaya saing. Rendahnya kualitas SDM di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan memerlukan tindakan yang komprehensif dari berbagai pihak, bukan hanya dari pemerintah.
Peningkatan kualitas pendidikan dipercaya mampu menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan daya saing di pasar global. Pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan industri akan meningkatkan keterampilan dan kompetensi peserta didik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan reformasi pendidikan yang meliputi perbaikan kurikulum dan metode pembelajaran, pengembangan keterampilan digital, pelatihan untuk guru, serta pengenalan teknologi terbaru. Tentunya kita tidak ingin melupakan cita-cita pendidikan yang seharusnya menumbuhkan kompetensi yang utuh sesuai keberagaman manusia.
Pendidikan vokasi dinilai dapat menjadi modal untuk menyiapkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing guna mengoptimalkan bonus demografi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun katanya, lulusan pendidikan vokasi masih menjadi penyumbang pengangguran yang konsisten pada setiap tahun.
Ini adalah kenyataan dan sama sekali bukan perhentian. Menurut Databoks.go.id. pada tahun 2021 menyebutkan bahwa angka pengangguran terbesar disumbang oleh lulusan SMK dan Diploma (vokasi). Capaian untuk pendidikan vokasi kita memang masih jauh dari harapan.

Padahal sejatinya, pendidikan vokasi ditujukan untuk menyediakan lulusan yang siap kerja, selain dapat memilih menjadi wirausaha dan melanjutkan kuliah. Pengembangan inovasi, praktik baik dan upaya konkret menuju perbaikan saat ini dirasa perlu dilakukan sebagai kunci dari permasalahan yang ada di dunia vokasi.
Dalam upaya memperkecil kesenjangan tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, menginisiasi kebijakan Merdeka Belajar. Banyak yang beranggapan bahwa Merdeka Belajar hanya merupakan sebuah kebijakan.
Padahal lebih jauh, Merdeka Belajar merupakan sebuah filosofi yang mendasari proses sekaligus tujuan jangka panjang pendidikan Indonesia. Melalui Merdeka Belajar, transformasi pendidikan vokasi juga menjadi isu prioritas.
Pendidikan yang relevan dan dilakukan secara nyata atau project-based learning dikembangkan untuk memperkuat kompetensi hardskills dan softskills pelajar di jalur vokasi.
Penerapan Merdeka Belajar menuntut kesiapan mendasar dari tiga pelaku utama pendidikan yaitu tata kelola dan kepemimpinan instansi pendidikan yang responsif dan sehat, keterbukaan cara pandang dan cara pikir pendidik serta pengelola untuk menerima gagasan baru termasuk kesediaan belajar dan bekerja bersama peserta didik dan mitra eksternal.
Terakhir, peserta didik didorong untuk memiliki kemandirian, tanggung jawab dan kemajuan belajar yang lebih kuat pada peserta didik. Jaminan yang membuktikan bahwa kolaborasi yang memang benar adanya melalui penyusunan kurikulum bersama mitra, program magang dan jaminan rekrutmen bagi lulusan.
Tentunya hal ini selain memudahkan sekaligus meningkatkan kualitas dan relevansi lulusan prodi. Kolaborasi dengan industri tidak lagi patut dikerdilkan sekedar hitam di atas putih yang hanya didorong untuk mencetak tenaga kerja, tapi lebih lagi sebagai mitra dalam mendorong reformasi pendidikan yang lebih serius.
Sumber dari ide – ide perubahan serta motor penyebaran kesadaran secara lebih luas melalui komunitas masing – masing untuk berkontribusi dalam kemajuan pembangunan bangsa. Dengan menciptakan penerus yang terdidik dan memiliki kualitas yang baik serta memiliki kesempatan yang sama meraih kesuksesan dengan berbagai inovasi.
Inovasi menjadi ciri kompetensi masa depan yang paling sering disebut saat ini. Memperkaya inovasi adalah tentang bagaimana menumbuhkan lebih banyak inovator, dan ini tidak akan subur sendiri.
Butuh dukungan ekosistem yang kuat secara utuh dimana saling mendukung tanpa henti, bukan sekedar dalam bentuk insentif materi tetapi dalam mengkoneksikan ide dan mendapat apresiasi selama prosesnya.
Empat tahun sudah kebijakan Merdeka Belajar memfasilitasi untuk merealisasikan kolaborasi dan karya sebagai pengalaman bermakna, bukan sekedar memenuhi tuntutan tugas sederhana.
Sepanjang tahapannya, inovasi – inovasi dari vokasi saat ini sudah dikuatkan dengan paparan pada kemahiran tinggi yang memperkaya perspektif di berbagai bidang multidisiplin. Lulusan vokasi dengan adanya Merdeka Belajar saat ini tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang link and match dengan kebutuhan tenaga kerja saat ini.
Tapi mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, serta memilki landasan kemampuan soft skills yang mumpuni dengan berpikir kritis, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan mampu berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah inovasi.
Melalui Merdeka Belajar, semoga kita semua bisa terus belajar, berkolaborasi dan berkarya bersama untuk membudayakan inovasi yang menjadi esensi dari integrasi teknologi sekaligus jawaban dari segala perubahan dunia setelah pandemi. (***)

Oleh Nurul Fatimah, S.Pi., M.Si.
Dosen Teknologi Pembenihan Ikan, Politeknik Negeri Lampung (Polinela)